-->

19 Penyebab perceraian dan solusinya

Menjalani kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan dan ringatan begitu saja. Karena ketika menjalani kehidupan rumah tangga, permasalahan selalu saja muncul. Ini bisa menjadi cobaan untuk suami dan istri. Apakah masalah itu dapat diselesaikan dengan bijak ataukah tidak. Karena ketika suami atau istri dapat menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapinya dengan bijak, dapat dipastikan hubungan dalam rumah tangga tersebut akan berjalan terus. Tapi sebaliknya, jika terdapat suami atau istri yang memiiliki sebuah masalah tapi tidak dapat diselesaikan dengan cara yang bijak dan justru malah akan menimbulkan permasalahan baru, kemungkinan hubungan rumah tangga tersebut dapat berakhir atau bercerai. Perceraian merupakan perbuatan yang dihalalkan oleh Allah, akan tetapi sangat di benci oleh-Nya.

Perkawinan dapat terputus karena hal sebagai berikut:
  1. Kematian,
  2. Perceraian, dan
  3. atas putusan pengadilan.

Pengaruh perceraian bukan hanya menyangkut kepada suami istri saja, akan tetapi berpengaruh terhadap kondisi anak pula. Terkadang, perceraian menjadi jalan satu-satunya yang harus ditempuh ketika suami dan istri memiliki sebuah permasalahan. Namun, dengan orang tua berpisah (bercerai) justru dapat menimbulkan efek buruk bagi sang anak, meskipun perceraian mereka anggap sebagai alternatif terbaik dari pada anak tetap tinggal di dalam keluarga yang kehidupan rumah tangganya tidak harmonis.

Selalu bertengkar, perbedaan pikiran dan ego merupakan latar belakang awal dari perceraian. Biasanya jika suami atau istri bertengkar, mereka lebih memilih untuk menutupinya dari anak, sehingga anak tidak tahu jika orang tuanya selalu bertengkar. Akan tetapi, apakah dengan selalu menutup-nutupi sebuah pertengkaran suatu saat anak tidak akan mengetahuinya? Apapun alasanya, pertengkaran orang tua justru akan membuat anak merasa takut, sedih, bingung dan anak tidak suka melihat jika kedua orang tuanya selalu bertengkar.

Maka dari itu, artikel kali ini akan membahas tentang perceraian. Dimana pada artikel ini akan dibahas pengertian perceraian, penyebab perceraian, masalah perceraian dan solusinya hingga kepada dampak perceraian.

Apa Itu Perceraian?

Pengertian perceraian dalam islam

Perceraian adalah terlepasnya ikatan perkawinan dan terputusnya hubungan antara suami atau istri akibat salah satu dari beberapa sebab. Perceraian dalam islam dapat dilakukan oleh suami atau istri. Jika perceraian tersebut dilakukan oleh suami, maka disebut dengan Talak. Sedangkan, jika perceraian dikehendaki dari pihak istri lalu diajukan kepada Pengadilan Agama (PA), maka disebut dengan khulu'. 

Faktor Penyebab Perceraian Menurut Islam

Lalu, apa penyebab perceraian? Terdapat beberapa penyebab yang dapat menyebabkan suami istri berpisah menurut islam, yaitu sebagai berikut:
  1. Suami atau istri berbuat zina, menjadi pemabuk, dan perbuatan lainnya yang melanggar hukum dan syari'at islam juga yang sulit untuk dibenahi atau disembuhkan. 
  2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama 2 tahun secara berturut-turut tanpa ada alasan yang jelas dan tanpa izin dari pihak lain.
  3. Salah satu pihak melakukan kekerasan fisik atau penganiayaan berat yang membahayakan salah satu pihak lainnya (kekerasan dalam rumah tangga/KDRT).
  4. Salah satu pihak memiliki sebuah penyakit atau cacat badan, sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.
  5. Kedua belah pihak terjadi perselisihan secara terus-menerus atau pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun dalam kehidupan rumah tangganya.
  6. Suami melanggar ta'lik talak (janji talak gantung yang diucapkan oleh calon mempelai pria setelah akad nikah yang tercantum dalam akta nikah).
  7. Salah satu pihak berpindah agama atau murtad sehingga menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah tangga.
  8. Terdapat masalah dalam per-ekonomiannya, sehingga selalu bertengkar satu sama lain.
  9. Usia pernikahan yang masih belia, dibawah umur 21 tahun. Karena usia pernikahan sangatlah berpengaruh dalam menjalani kehidupan rumah tangga nantinya.
  10. Ketidaksenjangan status sosial. Istri yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi melebihi suaminya, memiliki rata-rata tingkat perceraian lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang ekonominya standar, bahkan dibawah rata-rata  dan juga lebih rendah tingkat pendidikannnya.
  11. Tidak memiliki seorang anak, walaupun sudah menjalankan kehidupan rumah tangga hingga belasan tahun.
  12. Perceraian juga bisa terjadi karena masalah hal sepele. Padahal, pada zaman dahulu perceraian merupakan suatu hal yang harus sangat dihindari oleh suami dan istri. Akan tetapi, zaman sekarang perceraian dengan mudah terjadi begitu saja. Perceraian dianggap sebuah candaan. 
  13. Seorang suami belum bisa mengambil sebuah keputusan dengan baik didalam rumah tangganya. Sehingga semuanya diserahkan kepada seorang istri.
  14. Perceraian dapat terjadi karena sebuah ke-egoisan antara suami dengan istri.
  15. Merasa bahwa pasangan kita belum sepenuhnya kita inginkan. Atau, merasa terdapat pria atau wanita lain diluar sana yang jauh lebih sempurna dari pasangannya.
  16. Perubahan sifat dan sikap setelah sekian lama menjalani kehidupan rumah tangga.
  17. Ketidakhamornisan dalam rumah tangga. Bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu krisis akhlak, krisis moral, krisi ekonomi dan juga adanya orang ketiga ditengah-tengah kehidupan rumah tangganya.
  18. Kurang komunikasi.
  19. Perbedaan prinsip dan keyakinan.

Dampak Perceraian

Perselisihan yang terjadi pada orang tua hingga berujung kepada perceraian seringkali menjadikan anak-anak sebagai korban. Mereka secara langsung ataupun tidak akan merasakan imbas dari perpisahan kedua orang tuanya. Selain orang tua, dampak perceraian lebih berpengaruh kepada perkembangan sang anak. Karena bagi sang anak, keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk dirinya. Baginya, keluarga merupakan sebuah tempat untuk berlindung dan memperoleh kasih sayang. Untuk perkembangan anak, peran keluarga sangatlah penting karena akan mempengaruhi perkembangan anak dimasa-masa yang akan datang baik secara psikologi maupun secara fisik.

Berikut ini terdapat beberapa dampak perceraian, yaitu sebagai berikut:
  1. Secara umum, anak akan merasakan kehilangan seseorang orang tua yang selalui ditemuinya setiap hari.
  2. Seorang anak menjadi depresi. Putusnya hubungan suami dengan istri secara tidak langsung terputus pula hubungan anak dengan salah satu orang tuanya. Terdapat istilah mantan suami atau mantan istri, tapi tidak ada istilah mantan anak.
  3. Orang tua merasa sedih. Karena sejatinya tujuan pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia, sakinah, mawaddah dan warhmah dengan berdasarkan kepada ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Orang tua mana yang tidak merasa sedih ketika memiliki anak yang kehidupan pernikahannya berujung kepada perpisahan?
  4. Setelah bercerai, tidak mudah untuk ber-adaptasi dengan statusnya. Karena setelah terjadi percerian, anda akan merasa sendiri. Yang biasanya selalu bersama-sama, baik susah maupun duka, tapi karena sebuah perceraian, maka semua dilakukan dengan sendiri.
  5. Batin seorang anak tertekan. Anak akan merasa sedih karena orang tuanya telah berpisah.
  6. Anak memiliki perasaan cemas yang tinggi.
  7. Anak menjadi penakut.
  8. Memiliki pilihan tersulit. Yaitu memilih harus hidup dengan siapa, ayah atau ibunya.
  9. Adanya rasa bersalah didalam diri sang anak.
  10. Bisa saja anak membenci salah satu kedua orang tuanya.
  11. Anak merasa sedih, merasa kehilangan, merasa sendiri dan menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab orang tuanya bercerai.
  12. Anak merasa tidak ada lagi tempat untuk berlindung.
  13. Anak menjadi pemberontak.
  14. Anak menjadi mudah marah.

Solusi perceraian

Sebelum atau sesudah terjadi perceraian, alangkah baiknya:
  1. Didalam membina rumah tangga, suami merupakan kepala keluarga dan pemimpin dalam kehidupan rumah tangga. Untuk itu sebagai seorang istri, harus selalu menghormati dan menghargai keputusan seorang suami. Sudah menjadi kewajiban seorang istri untuk mendukung dan memberi semangat kepada suaminya. Selama keputusan suami tidak melanggar hukum dan syari'at islam, seorang istri harus mentaatinya. Akan tetapi, jika keputusan itu bertentangan dengan hukum dan syari'at islam, maka sebagai seorang istri sudah seharusnya mengingatkan suami jika keputusan yang diambilnya adalah salah.
  2. Jika sudah terjadi perceraian, maka segeralah memberi tahu kepada anak bahwa akan terjadi perubahan didalam hidupnya, bahwa nanti anak tidak lagi tinggal bersama-sama dengan ibu dan ayah, tapi hanya dengan salah satunya.
  3. Sebelum berpisah, jika harus pindah rumah maka ajaklah anak untuk melihat tempat tinggal yang baru. Kalau nantinya ketika setelah berpisah anak harus tinggal bersama kakek dan neneknya, maka rutinkanlah untuk berkunjung ke rumah kakek dan neneknya. Kalau ayah atau ibunya keluar dari rumah dan tinggal sendiri, anak juga bisa mulai diajak untuk melihat calon rumah baru dari ayah atau ibunya.
  4. Jangan hilangkan kebiasan rutin yang telah dilakukan bersama oleh ayah dan ibunya, seperti tetap mengantar anak ke sekolah atau mengajak pergi jalan-jalan
  5. Jelaskan kepada anak mengenai perceraian yang terjadi pada kedua orang tuanya. Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana saja dan mudah dipahami oleh anak. Penjelasan ini mungkin perlu diulang ketika anak bertambah besar.
  6. Jelaskan bahwa perceraian yang dialami oleh orang tua bukanlah salah si anak.
  7. Walaupun bercerai, berpisah dari anak, orang tua harus tetap mencintai anaknya. Tetap menanyakan kabar tentang dirinya. Ini sangat penting dilakukan terutama dari orang tua yang pergi, bisa dengan cara: berkunjung, menelpon anak atau bisa juga mengirim surat. Buatlah si anak merasa bahwa dirinya selalu diingat dan ada di hati kedua orang tuanya.
  8. Selalu menyemangati anak.
  9. Salah satu pihak (ayah atau ibu) yang tinggal bersama anak, memberi izin anak bertemu dengan orang tua yang lainnya (tidak tinggal bersama), meyakinkan anak bahwa dia menyetujui pertemuan tersebut dan menyemangati anak untuk menyukai pertemuan tersebut.
  10. Rencanakanalah pertemuan antara anak dengan kedua orang tuanya dan sebisa mungkin rutinkanlah. Kalau anak sudah mulai beradaptasi dengan perceraian, jadwal pertemuan bisa dibuat dengan fleksibel.
  11. Usahakan agar tidak lost contact dengan anak.
  12. Jangan mengkritik atau menyalahkan salah satu pihak dihadapan anak.
  13. Jika terjadi konflik, jangan ikut sertakan anak di tengah-tengahnya
  14. Tetap mengasuh anak secara bersama-sama dengan mengenyampingkan ke-egoisan diri sendiri. Memperkenankan anak untuk mengekspresikan emosinya.
  15. Penting dilakukan oleh orang tua untuk selalu memberi dukungan kepada anak mereka serta mendukung mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. 
  16. Jika masih dalam talak 1 atau 2, cobalah tenangkan diri. Jangan terburu-buru untuk mencari pasangan. Pikirkan kebaikan akan pasanganmu dan pikirkan kondisi anak setelah bercerai. Ada baiknya jika rujuk kembali.
Sekiranya artikel perceraian kali ini yang membahas pengertian perceraian, penyebab perceraian, masalah perceraian dan solusinya hingga kepada dampak perceraian cukup sampai disini. Semoga dapat membantu pembaca yang sedang mengalaminya. Dan semoga yang belum bercerai, jangan sampai bercerai. Jagalah keutuhan rumah tangga masing-masing. Karena bagi anak, orang tua sangatlah penting. Bagi anak, orang tua adalah segalanya. Jika orang tua berpisah, maka ia akan merasa kehilangan salah satu orang terpenting dalam hidupnya.
Load comments

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel